Dadali: Perayaan Hari Raya Natal identik dengan pohon cemara, kado, dan Santa Claus. Biasanya umat Kristiani akan menghiasi pohon cemara tersebut dengan berbagai ornamen, seperti lampu aneka warna, bintang di pucuk pohon, hingga bola-bola kristal. Biasanya, susunan kado juga akan diletakkan di bawah pohon natal untuk meramaikan.
Tetapi yang menjadi pertanyaan, kenapa harus pohon cemara ya? Kenapa tidak memajang pohon lain saja?
Dilansir dari berbagai sumber, ternyata budaya pemasangan pohon cemara atau biasa disebut pohon natal ini bermula dari Jerman pada abad ke-16. Awalnya, terdapat pertunjukan teatrikal yang memperlihatkan Adam dan Hawa beserta ‘pohon surga’.
Pohon surga itu berupa pohon cemara yang digantungi buah apel sebagai lambing dari Taman Eden. Sejak itu, warga Jerman memasang pohon natal di rumah mereka setiap 24 Desember yang merupakan hari raya keagamaan Adam dan Hawa. Pohon ini pun menjadi populer dan dijadikan sebagai tradisi untuk menyambut perayaan Natal.
Bukan lampu ataupun bola-bola kristal, warga Jerman pada saat itu menggantungkan wafer pada pohon natal. Wafer tersebut melambangkan tanda penebusan Kristus. Dengan seiringnya waktu, wafer mulai diganti dengan kue dalam aneka bentuk serta lilin. Lilin memiliki arti sebagai lambang penerang dunia bagi Kristus.
Ternyata bukan hanya pohon lho yang dipasang oleh orang Jerman untuk merayakan Natal. Mereka juga memiliki sebuah konstruksi kayu berbentuk piramida. Menariknya, piramida itu berfungsi sebagai rak untuk menyimpan patung-patung khas Natal, bintang, hingga lilin.
Pada abad ke-18, tradisi tersebut semakin populer dan juga diterapkan oleh warga Jerman Lutheran. Akhirnya, pohon Natal menjadi tradisi yang kental di Jerman.
Tidak berhenti di Jerman, tradisi ini juga dipopulerkan di Inggris pada awal abad ke-19 oleh Pangeran Albert yang merupakan suami dari Ratu Victoria yang lahir di Jerman. Tradisi pohon Natal dimulai pada 1837-1901 saat Ratu Victoria menduduki takhta kerajaan.
Di Amerika tradisi pohon Natal juga memuncak kepopulerannya pada abad ke-19. Padahal, tradisi ini sudah mulai masuk ke Amerika Utara sejak abad ke-17 melalui para pemukim Jerman.
Selain Amerika dan Inggris, tradisi ini akhirnya menyebar luas ke Austria, Swiss, Polandia, dan Belanda. Sedangkan, di China dan Jepang, pohon Natal baru diperkenalkan pada abad ke-19 dan abad ke-20 oleh para misionaris Barat.
Wah, ternyata tradisi ini dibuat secara tidak sengaja ya oleh warga Jerman! Kira-kira tradisi pohon natal di Indonesia diterapkan mulai abad ke berapa ya teman-teman?
(SYI)