Dadali: Aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 28 Maret 2021, dilakukan pasangan suami istri (pasutri). Mereka baru menikah enam bulan yang lalu.
Aksi bom bunuh diri oleh pasutri ini bukan yang pertama kali. Ada sejumlah keluarga yang turut menjadi pelaku bom bunuh diri di Indonesia. Berikut deretan keluarga yang nekat melakukan aksi bom bunuh diri dikumpulkan dari berbagai sumber.
1. Bom tiga gereja di Surabaya
Rentetan bom bunuh diri terjadi di Surabaya pada Minggu, 13 Mei 2018. Aksi tersebut melibatkan satu keluarga berjumlah enam orang. Sang suami berinisial DO, istrinya PK, dan empat orang anak berinisial YF, FH, FA, dan PR.
Pengeboman pertama terjadi di Gereja Katolik Santa Maria yang terletak di Jalan Ngagel Madya 01 Surabaya, pada pukul 06.30 WIB. Bom kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro pada pukul 07.15 WIB.
Kemudian, aksi teror itu berlanjut di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno pada pukul 07.53 WIB. Akibat insiden tersebut, sebanyak 18 korban meninggal termasuk keenam pelaku.
2. Keluarga Tri Murtiono
Sehari setelah aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, aksi lanjutan dilancarkan keluarga Tri Murtiono. Tri Murtiono bersama istrinya Tri Ernawati, dan ketiga anaknya berinisial AAP, MDS, dan MDA, meledakkan bom di Mapolrestabes Surabaya.
Insiden itu terjadi pukul 08.50 WIB. Keempat pelaku tewas di tempat dan menyisakan gadis kecil, AAP, berusia 7 tahun yang lolos dari maut.
3. Bom panci di Polres Indramayu
Pasutri berinisial GI dan NH nekat menerobos Mapolres Indramayu, Jawa Barat, pada 15 Juli 2018, sekitar pukul 02.35 WIB. Kedua pelaku datang menggunakan sepeda motor dan melaju cepat menerobos pintu pagar Mapolres.
Mereka melemparkan panci berisi bahan peledak ke dalam Polres Indramayu. Namun, bom tersebut tidak meledak. Kedua pelaku pun ditangkap.
4. Bom Sibolga
Aksi bom bunuh diri terjadi di Kota Sibolga, Sumatera Utara, pada 12 Maret 2019. Aksi tersebut dilakukan istri dari pelaku tindak pidana terorisme, Husain alias Abu Hamzah, saat dikepung polisi.
Usai Abu Hamzah ditangkap, polisi segera mengepung rumah Abu Hamzah yang dihuni istri dan anaknya. Ledakan bom terjadi saat polisi mencoba mendobrak masuk rumah tersebut pada pukul 14.30 WIB. Ledakan itu melukai seorang anggota polisi dan seorang warga.
Polisi pun mencoba bernegosiasi meminta istri Abu Hamzah untuk menyerahkan diri. Namun, istri Abu Hamzah memilih melakukan bom bunuh diri dengan anaknya di dalam kamar rumah pada pukul 01.20 WIB.
5. Bom di Polrestabes Medan
Keluarga yang terlibat aksi bom bunuh diri juga terjadi di Medan, Sumatera Utara. Seorang pria bernama Rabbial Muslim Nasution meledakkan diri di Polrestabes Medan, Rabu, 13 November 2019, sekitar pukul 08.15 WIB.
Rabbial yang menggenakan jaket salah satu ojek online itu beralasan ingin mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Dia pun berhasil masuk tanpa dicurigai ke dalam Mapolrestabes Medan.
Rabbial pun meledakkan diri di dekat kantin ruang SKCK. Aksi tersebut merupakan aksi balas dendam karena penangkapan Abu Hamzah. Akibatnya, sebanyak enam orang terluka dan sejumlah kendaraan dinas kepolisian rusak.
Sang istri ikut ditangkap sehari setelah insiden tersebut. Dia diketahui juga terpapar terorisme dan pernah berkomunikasi dengan napi terorisme untuk rencan aaksi teror di Bali.
6. Bom gereja di Filipina
Pasutri Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh meledakkan diri di Gereja Katolik Maria Gunung Karmel di Pulau Jolo, Filipina, 27 Januari 2019. Kedua pelaku diketahui berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Tujuan pengeboman di Filipina itu guna memengaruhi jaringan teroris di Filipina untuk melakukan hal serupa. Aksi bom bunuh diri itu menewaskan 23 orang dan membuat 100 orang terluka.
Pasalnya, kedua pelaku meninggalkan Tanah Air sejak Desember 2018. Mereka secara ilegal masuk ke Filipina melalui bantuan terduga teroris asal Makssar, Andi Baso.
(CIA)