Dadali: Fenomena burung pipit mati massal terjadi di sejumlah daerah. Wakil Direktur Bidang Pendidikan Rumah Sakit Karya Husada (RSKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Slamet Raharjo menjelaskan, terdapat beberapa kemungkinan penyebab terjadinya fenomena ini.
Slamet menyebut, kematian sekelompok burung kecil yang menyebar di wilayah tropis dunia lama dan kawasan Australasia ini merupakan hal yang wajar terjadi. Dengan berat tubuh 12 gram, membuat burung pipit rentan mengalami kematian.
“Kemungkinan infeksi avian influenza H7N9 yang tertular dari burung migran. Suhu ekstrem, burung bisa gagal beradaptasi, dan poisoning atas penggunaan pestisida di wilayah pertanian,” kata Slamet di Metro TV, Rabu, 15 September 2021.
Baca juga: 5 Fakta Kawanan Burung Mati di Cirebon
Slamet menambahkan, perlu dilakukan investigasi laboratorium terkait penyebab burung kecil pemakan biji-bijian ini. Metabolisme tubuh burung disebut tidak sekuat burung besar yang mampu beradaptasi dengan cepat.
“Bisa juga karena badai yang membawa zat-zat toksik dalam udara, kemudian terhirup oleh burung pipit,” jelas Slamet.
Slamet menuturkan, kematian burung secara massal dan mendadak ini tidak memberikan dampak buruk bagi keberlangsungan hidup manusia. Fenomena ini sering terjadi di negara lain dengan lokasi yang berbeda-beda.
“Secara ilmiah belum ada bukti penularan langsung, misalnya dari dari H7N9 langsung menular ke manusia. Jadi, secara umum bisa dikatakan tidak berbahaya bagi manusia,” terangnya. (Nadia Ayu)
(NAI)