Bandung: Pemerintah Kota Bandung telah membangun tol air di kawasan Gedebage, Jalan Dr Djunjunan (Pasteur) dan Pagarsih pada 2017 sebagai antisipasi banjir. Namun kehadiran tol air tak membuat tiga kawasan tersebut bebas dari genangan saat hujan deras.
Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mengaku derasnya air dari hulu menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkot Bandung terutama memaksimalkan fungsi tol air. Oded pun memastikan jika debit air dari aliran Sungai Citepus tidak deras, tol air masih bisa berjalan dengan baik sehingga genangan air cepat surut.
"Jadi begini, sesungguhnya kalau hujan sebelumnya debit air tidak terlalu deras (tol air) sudah bagus. Tapi kalau besar, ya masih (banjir)," kata Oded, saat meninjau kawasan Pasteur, Jumat, 25 Desember 2020, seperti dilansir dari Medcom.id.
Oded menuturkan, pihaknya akan mengevaluasi fungsi tol air jika masih terjadi banjir. Rencananya, tol air dilengkapi dengan sumur imbuhan sebagai upaya untuk mengalirkan air langsung ke dalam tanah.
"Disamping tol air, kita sedang mengupayakan sumur imbuhan dalam. Artinya upaya-upaya untuk menangani banjir itu kita lakukan dengan berbagai metodologi," jelas Oded.
Pemkot Bandung sebelumnya membangun tol air di tiga titik dengan panjang masing-masing, di Pasteur 1,3 kilometer, Pagarsih 150 meter, dan Gedebage 150 meter yang dilengkapi dengan dua mesin pompa air. Tiga tol air yang berada di bawah jalan utama tersebut dibangun saat Bandung masih dipimpin Ridwan Kamil.
Namun, hingga kini tiga tol air itu belum mampu untuk menuntaskan banjir akibat luapan aliran Sungai Citepus. Terakhir, banjir kembali terjadi pada Kamis, 24 Desember 2020, dengan ketinggian mencapai satu meter usai wilayah Bandung Raya diguyur hujan lebat.
(SYI)