Dadali: Tangki di kilang minyak PT Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan terbakar pada Senin, 29 Maret 2021 dini hari. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebutkan pemadaman api di area tersebut akan dilakukan dengan memompa air laut. Bantuan pompa submersible dari Kilang Cilacap pun sudah didatangkan.
“Ketika nanti api sudah bisa dipadamkan, kami baru bisa melakukan start up untuk mengoperasikan kilang. Kami harus memastikan semuanya aman,” kata Nicke dalam siaran pers, Senin, 29 Maret 2021.
Lantas, kenapa pemadaman kebakaran itu menggunakan air laut? Kenapa tidak dengan memompa air biasa saja? Yuk, simak penjelasannya.
Semua orang pasti tahu bahwa minyak dan air tak bisa disatukan. Jadi, jangan coba-coba untuk mematikan api yang bersumber dari minyak dengan air. Contoh kecilnya, sedikit air yang jatuh ke dalam wajan atau penggorengan yang terisi minyak panas saja akan menjadi meletus.
Menurut Scientific American, perbedaan sifat antara air dan minyak membuat mereka tidak bisa bercampur. Sebab, molekul air bersifat polar dan minyak nonpolar. Akibatnya, minyak akan ditolak oleh molekul air.
Atas dasar tersebut, memadamkan api yang bersumber dari minyak dengan air akan memperparah kobaran api. Mungkin itulah yang menjadi alasan kenapa PT Pertamina memutuskan pemadaman kilang minyak Balongan menggunakan air laut bukannya air biasa.
Larry H Flak, seorang insinyur perminyakan untuk Boots and Coots International Well Control, juga pernah menyebutkan bahwa 90 persen dari semua kebakaran sumur minyak di Kuwait pada 1991 dipadamkan hanya dengan air laut.
(SYI)