Dadali: Rentetan kasus terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi pukulan telak bagi pemerintah dan masyarakat. Terlebih aksi teror dilakukan oleh kaum milenial.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar membeberkan ciri-ciri anak berpotensi terjebak jaringan teroris. Salah satunya, anak yang cenderung tertutup kepada keluarga.
"Anak kalau lepas dari pantauan, tidak jelas aktivitasnya, cenderung menghindar dari keluarga, tertutup, tidak mau komunikasi dengan ayah dan ibunya, bisa jadi mereka akan terjebak dalam jaringan ini (teroris)," kata Boy dalam program Newsmaker Medcom.id bertema 'Waspadai Kelompok Radikal Intoleran Milenial,' Sabtu, 3 April 2021, seperti dilansir dari Medcom.id.
Baca juga: 4 Fakta Baku Tembak Teroris Polisi di Mabes Polri
Menurut Boy, anak yang terpapar paham radikal sudah tidak sadar dengan keadaan sebenarnya. Paham ekstrem itu secara perlahan tapi pasti akan mengubah karakter anak tersebut.
"Karakter aslinya sebelumnya tidak seperti itu. Tapi, setelah kena virus ini langsung semuanya itu seolah-olah menjadi salah," ujar Boy.
Boy meminta keluarga secara dini mengamati perkembangan anggotanya. Ayah dan ibu perlu mencermati keseharian anak. Bila tidak, anak yang sudah terpapar rentan memilih jalan bunuh diri agar mati syahid sesuai keyakinan yang diterima.
"Padahal kita tahu bunuh diri itu bukan tindakan terpuji di mata Tuhan. Dia berani bunuh diri, seolah-olah dia yakin bahwa dia mati pun pasti masuk surga. Padahal, masuk surga itu amal ibadah yang baik, bukan dengan cara menyakiti orang atau diri sendiri," ungkap Boy.
Baca juga: Ini Deretan Aksi Bom Bunuh Diri Pasutri di Indonesia
Mantan Kapolda Papua itu memandang anak-anak mudah terpapar ajaran sesat itu. Mereka gampang tercuci otaknya hanya dengan menyerap informasi yang salah di media sosial.
"Apalagi anak muda kecenderungannya mencari jati diri. Lebih cenderung mudah putus asa. Ketika tidak ada mentor yang baik, ketemu mentor yang sesat dia jadi (pelaku teroris)," ungkap Boy.
Boy melihat hal ini terjadi pada Zakiah Aini, 25, penyerang Bareskrim Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret 2021. Perempuan itu nekat menembakkan pistol airgun di markas Korps Bhayangkara.
"Itu karena dia ingin bunuh diri. Dia yakin bunuh diri itu akan menjadi mati syahid, karena dia tengah berjuang menurut keyakinan yang dia terima," ujar Boy.
Zakiah disebut menyerang kantor polisi sebagai simbol peperangan. Pasalnya, polisi selama ini dianggap aparat nomor satu yang menggagalkan aktivitas teroris. (Siti Yona Hukmana)
(CIA)